penguat common-emitor (transistor sebagai amplifier)

Pada artikel-artikel sebelumnya kita telah membahas bagaimana transistor dapat berfungsi sebagai saklar (switching), yang beroperasi pada mode cutoff, dan mode kejenuhan. Artikel sebelum ini juga membahas bagaimana sifat trasnsistor saat beroperasi dalam mode aktif. Karena transistor dapat mengontrol arus dalam analog, maka transistor dapat digunakan sebagai penguat (amplifier) sinyal analog.
Sebelumnya salah satu contoh rangkaian penguat amplifier di ilustrasikan dengan kemampuan switcing transistor. Seperti gambar dibawah ini.

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Transistor NPN sebagai saklar sederhana


Rangkaian ini disebut juga konfigurasi common-emitor, karena kedua sinyal sumber dan beban menjadikan emitor sebagai titik atau terminal koneksi common. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Penguat common-emitor. sinyal input dan output terhubung dengan emitor

Sebelum, transistor dalam mode jenuh karena arus dari sel surya, pada saat sebelum itu transistor menjadi “throttle” (mode aktif), sehingga jumlah arus kolektor dapat dikontrol sesuai dengan jumlah arus basis pada sumber sinyal input. Kita harus tahu bahwa kecerahan lampu pada sirkuit dikontrol oleh paparan cahaya sel surya. Ketika hanya ada sedikit cahaya yang jatuh pada sel surya, maka cahaya lampu akan samar-samar atau redup, begitu juga sebaliknya.
Misalkan kita tertarik untuk menggunakan sel surya sebagai instrument intensitas cahaya. Kita ingin mengukur intensitas cahaya yang masuk dengan sel surya dengan cara menggunakan output arusnya sebagai penggerak  atau pendorong gerakan meter. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan langsung alat ukur/meter ke sel surya (seperti gambar dibawah ini). Bahkan alat ukur pencahayaan yang biasa atau sederhana yang digunakan untuk pemotretan dirancang seperti ini. 
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Intensitas cahaya yang sangat tinggi menggerakkan alat ukur cahaya secara langsung
Cara ini mungkin bekerja untuk pengukuran intensitas cahaya yang cukup banyak, namun untuk intensitas cahaya yang rendah pengukuran dengan cara seperti ini tidak akan bekerja dengan baik. Dan untuk mengatasi masalah dalam pengukuran cahaya dengan intensitas rendah ini, bisa digunakan transistor sebagai penguat arus dari sel surya (solar cell). Perhatikan gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Arus dari sel solar harus diperkuat bila dalam intensitas cahaya rendah
Besarnya arus pada alat ukur cahaya tersebut merupakan beberapa kali (rasio β) arus dari sel surya. Jika rasio β transistor adalah 100, maka itu akan menjadi peningkatan yang sangat besar dalam sensitivitas pengukuran. Ingat, daya tambahan untuk menggerakkan jarum alat ukur ini berasal dari baterai pada ujung kanan sirkuit, bukan berasal dari sel surya ataupun transistor.
Karena transistor adalah perangkat pengatur atau regulator arus, dan karena indikator atau jarum alat ukur bergerak berdasarkan arus yang mengalir ke coil alat ukur, maka bergeraknya jarum penunjuk atau indikator alat ukur pada rangkaian ini tergantung pada arus dari sel surya, bukan pada jumlah tegangan yang diberikan oleh baterai. Jadi yang diperlukan dari baterai adalah tegangan minimum tertentu dan arus keluaran untuk menggerakkan alat ukur pada skala penuh.
Konfigurasi lain dari common – emitor dapat digunakan untuk menghasilkan tegangan output yang dikontrol dari sinyal input. Sekarang kita coba ganti alat ukur dengan sebuah resistor, lalu kita ukur tegangan antara kolektor dan emitor. Seperti pada gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Penguat common-emitor sebagai penguat tegangan

Saat sel surya tidak menerima cahaya atau dalam gelap (tidak ada arus), transistor akan berada dalam mode cutoff dan transistor (kolektor dan emitor) berlaku seperti saklar terbuka. Ini akan menghasilkan drop tegangan maksimum antara kolektor dan emitor, yang sama dengan tegangan penuh baterai.
Pada daya penuh (intensitas cahaya maksimum), sel surya akan mengontrol transistor ke mode jenuh, sehingga transistor akan berprilaku atau berfungsi seperti saklar tertutup, dan drop tegangan antara kolektor-emitor akan minimum, atau akan menjadi nol atau hampir sama dengan nol. Pada kenyataannya, transistor saat mode jenuh, antara kolektor-emitor tidak pernah dapat tegangan drop sampai mencapai nol, karena arus kolektor saat mengalir harus melewati 2 sambungan PN dari transistor. Namun itu akan cukup rendah, tergantung dari type transistor.
Untuk tingkat paparan cahaya dimana output sel surya berada diantara nol dan maksimum, transistor akan berada pada mode aktif, dan tegangan output akan berada diantara nol volt dan tegangan penuh. Yang terpenting untuk diingat dalam konfigurasi common – emitor kali ini adalah bahwa tegangan output berbanding terbalik dengan kekuatan sinyal input. Artinya, tegangan output akan menurun saat sinyal input meningkat, dan karena alasan ini, konfigurasi penguat common-emitor disebut penguat pembalik.
Perhatikan rangkaian penguat(amplifier) dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
sirkuit amplifier common-emitor

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
common-emitor, hubungan tegangan output kolektor dengan arus input basis

Pada awal simulasi (seperti gambar diatas), dimana sumber arus (sel surya) dengan output nol. Transistor akan berada pada mode cutoff, dan tegangan penuh baterai sebesar 15 volt ditunjukkan pada output penguat (tegangan antara kolektor-emitor atau node 2 dan 0). Saat arus sel surya mulai meningkat, tegangan output secara proporsional menurun sampai transistor mencapai mode jenuh(saturation) pada arus basis 30 µA (3 mA arus kolektor). Coba perhatikan gambar grafik jejak tegangan output yang turun secara linier dengan sempurna sampai pada titik jenuh (dari 15 volt sampai 1 volt), dimana tegangan output tidak akan pernah turun hingga mencapai 0 volt. Ini adalah efek yang saya sebutkan sebelumnya, yaitu dimana transistor yang berada dalam mode jenuh tidak akan menghasilkan drop tegangan yang persis dengan nol , karena adanya efek internal dari transistor (adanya persimpangan atau sambungan PN).
Sejauh ini kita sudah mengetahui kalau transistor digunakan sebagai penguat sinyal DC dan menghasilkan tegangan output DC yang dikontrol dari sinyal input. Namun tidak hanya itu, masih banyak cara-cara lain untuk menggunakan transistor sebagai penguat (amplifier). Sebuah penguat AC merupakan penguat yang digunakan untuk memperkuat sinyal tegangan dan arus bolak-balik(AC). Salah satu contoh aplikasi yang umum pada hal ini adalah pada audio elektronik (radio, televisi, dan alat pengumuman). Sebelumnya, kita sudah melihat contoh output audio garpu tala yang mengaktifkan saklar transistor. Coba lihat rangkaian dibawah ini, apa bisa kita memodifasinya, sehingga daya listrik dapat dikirim ke speaker bukannya ke lampu.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Saklar transistor diaktifkan oleh suara

Dalam rangkaian yang asli (gambar diatas), penyearah jembatan gelombang penuh digunakan untuk mengkonversi sinyal AC dari output mikrofon menjadi tegangan DC untuk pengendali inputan transistor. Tapi sekarang kita ingin menghasilkan sinyal AC dan mengontrol speaker. Ini berarti kita tidak perlu menyearahkan tegangan keluaran dari mikrofon itu lagi, karena yang kita butuhkan adalah sinyal AC terdistorsi untuk mengaktifkan transistor. Berarti kita harus menghapus penyearah gelombang penuh tersebut dari rangkaian dan mengganti lampu dengan speaker, serta menambahkan sebuah resistor secara seri dengan mikrofon. Seperti pada gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Penguat common-emitor mengontrol speaker dengan frekuensi sinyal audio

Kita coba simulasikan rangkaian diatas dengan spesifikasi komponen seperti gambar dibawah ini :
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Penguat audio common-emitor

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
sinyal terpotong di kolektor karena kurangnya bias basis DC

Gambar diatas menjelaskan, kalau tegangan input ( AC 1,5 volt dan frekuensi 2000 Hz ) merupakan gelombang sinus AC penuh dalam positif dan negatif. Dan gambar tersebut juga menjelaskan bahwa arus dari baterai dengan tegangan 15 volt, yang mengalir atau melalui transistor untuk mengaktifkan speaker, merupakan setengah gelombang arus keluaran yang hanya satu arah. Jika kita benar-benar mengaktifkan speaker dengan gelombang ini, suara yang dihasilkan akan terdistorsi mengerikan.
Apa yang salah dengan sirkuit diatas? Mengapa transistor tidak bisa mereproduksi seluruh gelombang AC dari mikrofon? Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan dengan memeriksa transistor dengan model dioda-sumber arus. Seperti gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Model transistor menjelaskan arus basis mengalir dalam satu arah
Arus kolektor ditetapkan atau diatur melalui mekanisme arus konstan yang sesuai dengan yang ditetapkan oleh arus basis (arus yang melalui basis-emitor). Meskipun kita berkeinginan untuk menggunakan transistor sebagai penguat AC, namun pada dasarnya transistor adalah perangkat DC yang hanya mampu menangani arus dalam satu arah. Karena kita memberlakukan sinyal tegangan AC antara basis dan emitor, maka elektron tidak akan bisa mengalir saat setengah siklus, yang dimana setengah siklus itu akan menjadikan dioda reverse bias. Oleh karena itu pada setengah siklus ini dioda akan menjadi cutoff, tapi pada setengah siklus berikutnya, dimana aliran elektron benar, atau dalam bias maju, transistor akan berada pada mode aktif, dengan catatan tegangan yang dihasilkan harus cukup tinggi untuk mengatasi drop tegangan maju dari sambungan PN basis-emitor (dioda). Ingat bahwa transistor bipolar merupakan perangkat atau device pengontrol arus, transistor mengatur arus kolektor berdasarkan arus basis-emitor (arus basis), bukannya tegangan basis-emitor.
Salah satunya cara agar transistor dapat mengalirkan arus utama, sehingga dapat mengaktifkan speaker dengan lancar, adalah dengan menjaga agar transistor selalu berada dalam mode aktif. Ini berarti kita harus menjaga agar arus basis selalu ada pada semua siklus gelombang yang masuk, sehingga sambungan PN basis-emitor akan selalu dalam bias maju. Dan hal itu dapat dicapai dengan cara menambahkan tegangan DC pada sinyal masukan. Dengan menambahkan tegangan DC yang dihubungkan secara seri dengan sumber sinyal AC, maka bias maju sambungan PN basis-emitor (dioda) dapat dipertahankan disepanjang siklus gelombang. Perhatikan gambar dibawah ini.
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Vbias membuat transistor selalu dalam mode aktif

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
arus output tidak terdistorsi karena Vbias
Dengan menambahkan sumber tegangan tersebut, transistor akan selalu dalam mode aktif dan tetap mengalirkan gelombang ke speaker dalam sepanjang siklus. Perhatikan gambar diatas, tegangan input akan berfluktuasi antara sekitar 0,8 volt dan 3,8 volt,  dan tegangan puncak ke puncak 3 volt seperti yang diharapkan (sumber tegangan = 1,5 volt). Arus output bervariasi antara 0 sampai 300 mA.
Perhatikan gambar ilustrasi dari rangkaian dengan menampilkan semua sinyal yang bersangkutan.

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2013/11/penguat-common-emitor.html
Osiloskop menampilkan beberapa sinyal dalam bentuk gelombang dibeberapa titik

Baca juga selengkapnya tentang konfigurasi transistor sebagai penguat (amplifier), seperti "konfigurasi penguat common kolektor" dan "konfigurasi penguat common basis".

#semoga bermanfaat#

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "penguat common-emitor (transistor sebagai amplifier)"