Penggunaan
transistor sebagai saklar akan mengeksplorasi dua mode operasi transistor. Dan
kedua mode operasi tersebut adalah saat transistor dikatakan menjadi mode cutoff
(transistor akan seperti saklar yang terbuka), dimana transistor tidak bisa
mengalirkan arus antara emitor dan kolektor. Sebaliknya transistor akan
dikatakan menjadi mode jenuh saat transistor dapat menjadi konduktor atau
mengalirkan arus antara emitor dan kolektor.
Namun transistor
bipolar tidak hanya beroperasi pada dua mode operasi diatas. Seperti yang kita
pelajari pada artikel sebelumnya bahwa arus basis seolah-olah seperti “membuka
gerbang” untuk mengalirkan arus melalui kolektor dengan jumlah yang dibatasi
atau proporsional. Jika pada batas ini arus yang dikontrol ini lebih besar dari
nol tetapi kurang dari jumlah maksimum yang diperbolehkan oleh power supply dan
rangkaian beban, transistor akan “throttle” dimana mode ini adalah suatu mode
antara cutoff dan jenuh(saturasi). Dan mode ini disebut mode aktif.
Sebuah analogi
otomotif mungkin bisa menjelaskan mode operasi transistor, seperti berikut ini
: cutoff adalah kondisi dimana tidak ada gaya yang dihasilkan oleh bagian
mekanik mobil untuk membuatnya bergerak. Dalam mode cutoff, rem mobil berfungsi
(arus basis nol), mencegah mobil bergerak (arus kolektor dicegah atau
diblokir). Mode aktif adalah kondisi dimana mobil berjalan dengan konstan,
kecepatan terkontrol (arus kolektor konstan dan terkontrol) sesuai yang
diinginkan pengemudi. Mode jenuh (saturation) adalah kondisi dimana mobil
dikendarai menuruni bukit yang curam, dimana jalan yang curam tersebut akan
membuat kecepatan yang tidak diinginkan oleh pengemudi. Dengan kata lain, mode
jenuh adalah dimana pedal pemercepat atau pedal gas mobil ditekan penuh kebawah
(arus basis mengontrol arus kolektor yang lebih besar daripada arus yang
disediakan oleh power supply atau beban). Coba perhatikan gambar dibawah ini
untuk menunjukkan apa yang terjadi saat transistor beroperasi pada mode aktif.
Sirkuit simulasi transistor |
“Q” adalah standar
penunjukkan komponen transistor pada gambar skematik, seperti “R” untuk
resistor, dan “C” untuk kapasitor. Pada rangkaian atau sirkuit ini kita
memiliki transistor NPN yang diaktifkan oleh baterai “V1” dan
dikendalikan oleh arus melalui sumber arus “I1” . sebuah sumber arus
adalah perangkat yang menghasilkan output dengan jumlah arus tertentu, dan
menghasilkan sebanyak atau sedikit tegangan pada terminal untuk memastikan
dengan tepat jumlah arus yang mengalir. Membuat arus tetap konstan terkenal
sulit (tidak seperti sumber tegangan yang selalu dengan upaya kontras tetap
menjaga agar tegangan tetap konstan, dan dengan output arus yang tidak menentu),
tetapi hal itu dapat diwujudkan dengan kumpulan komponen-komponen elektronika
yang kecil. Seperti yang kita ketahui dari transistor, bahwa ia cenderung mirip
dengan perilaku sumber arus, yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatur arus pada
nilai konstan atau tetap.
Pada simulasi diatas, kita atur sumber arus pada nilai yang konstan
20µA, kemudian sumber tegangan(V1) divariasikan antara 0 sampai 2
volt. Setelah itu kita pantau berapa banyak arus yang mengalir melewati
transistor itu. Gambar baterai kosong diatas(Vammeter) dengan output 0 volt
digunakan sebagai elemen sirkuit untuk pengukuran arus.
arus basis yang konstan 20µA, akan menghasilkan arus kolektor yang konstan 2 mA |
Kolektor yang menyapu atau mengalirkan tegangan 0 sampai 2 volt
dengan arus basis yang konstan 20µA, akan menghasilkan arus kolektor(arus
utama) yang konstan 2 mA pada daerah jenuh(saturation).
Mengatur atau menset konstan arus basis sebesar 20µA akan
menetapkan batas arus kolektor 100 kali lebih besar, yaitu sebesar 2 mA.
Perhatikan gambar kurva diatas, yang menunjukkan besarnya arus kolektor yang
konstan selama rentangan tegangan baterai dari 0 sampai 2 volt. Ada satu
pengecualian untuk ini, yaitu sifat khusus pada petak diawal, dimana tegangan
baterai yang naik dari 0 volt menjadi lebih besar dari 0 volt, ada kenaikan
arus kolektor yang sangat cepat dari 0 ampere ke batas arus 2 mA.
Lalu, mari kita lihat apa yang terjadi bila tegangan baterai diubah
dengan jangkauan atau rentang yang lebih luas, dari 0 – 50 volt. Dan dengan
arus basis yang tetap, yaitu 20µA konstan. Perhatikan gambar dibawah ini.
Besarnya tegangan tidak berpengaruh, arus kolektor tetap konstan 2 mA |
Hasil yang sama didapatkan, meskipun tegangan yang mengalir sekitar
0 – 50 volt, dan arus basis 20µA. Arus kolektor benar-benar stabil pada 2 mA
meskipun tegangan baterai bervariasi. Dalam hal ini transistor berfungsi
sebagai regulator atau pengatur arus.
Sekarang kita lihat apa yang terjadi bila arus pengendali atau arus
basis kita naikkan dari 20 µA menjadi 75 µA, dengan rentang tegangan yang sama
0 – 50 volt. Perhatikan gambar grafik arus dibawah ini.
Gambar kurva beberapa arus basis yang membatasi arus kolektor |
Arus basis yang konstan 75 µA akan membatasi arus kolektor sehingga
menjadi stabil pada 7,5 mA. Begitu juga dengan kurva-kurva dari variasi arus basis
yang lain, arus kolektor atau arus utama akan dibatasi menjadi 100 kali arus
basis(arus pengendali).
Hubungan antara arus dan tegangan pada transistor sangat berbeda
dengan yang ada pada resistor. Pada resistor arus akan meningkat secara linier
jika tegangannya meningkat. Namun pada transistor, arus kolektor(arus utama)
akan tetap terbatas atau stabil pada nilai maksimum tidak peduli seberapa besar
tegangan meningkat.
Perhatikan kumpulan
kurva pada gambar dibawah ini, yang menunjukkan setiap kurva untuk tingkat arus
basis yang berbeda, kurva ini disebut kurva karekteristik transistor.
Kurva karekteristik transistor |
Setiap kurva pada
grafik menunjukkan besarnya arus kolektor dari berbagai tegangan
emitor-kolektor, untuk jumlah arus basis tertentu. Karena transistor cenderung
berfungsi sebagai regulator arus, atau membatasi arus kolektor dengan proporsi
yang ditetapkan oleh arus basis, maka proporsi ini dapat diekspresikan sebagai
standar ukuran kinerja transistor. Perbandingan rasio arus kolektor dengan
rasio arus basis biasa dikenal sebagai rasio “Beta” (dilambangkan dalam huruf
yunani β) :
β transistor
ditentukan saat membuat atau merancang dan tidak bisa diubah setelah pembuatan.
Sebenarnya rasio β pada transistor tidak tetap stabil untuk semua kondisi
operasi. Rasio β bisa saja berubah dikarenakan beberapa faktor seperti, jumlah
arus kolektor, temperatur transistor, frekuensi sinyal yang diperkuat, dan
faktor-faktor yang lainnya.
Perhatikan model
transistor yang kompleks berikut ini :
Model transistor dioda-resistor |
Model transistor
diatas seperti kombinasi antara dioda dan rheostat (variable resistor). Dari
gambar diatas menunjukkan kalau itu transistor dengan jenis NPN, untuk yang
berjenis PNP sebenarnya ya sama, hanya saja perbedaannya cuma pada arah dioda.
Model ini berhasil menggambarkan konsep dasar transistor amplifikasi, yaitu
sinyal arus basis dapat mengontrol arus kolektor. Namun transistor model ini
merupakan gagasan yang gagal untuk mengatur arus kolektor seperti gambar kurva
karekteristik sebelumnya. Gambar kurva arus kolektor akan terus meningkat
secara linear saat tegangan meningkat, atau dengan kata lain arus kolektor akan
berbanding lurus dengan tegangan emitor-kolektor.
Perhatikan sebuah
model transistor yang lebih baik dibandingkan model sebelumnya pada gambar
dibawah ini.
Model transistor sumber arus |
Model ini
menunjukkan transistor yang terdiri dari dioda dan sumber arus. Output sumber
arus yang ditetapkan merupakan kelipatan (rasio β) dari arus basis. Model ini
jauh lebih akurat dalam menggambarkan input/output karakteristik transistor
yang sebenarnya. Selain itu model ini disukai ketika melakukan analisis
jaringan pada sirkuit transistor, sumber arus menjadi komponen yang dipahami
dengan baik secara teori.
Baca juga artikel tentang transistor bipolar yang lain seperti "Prinsip Dasar Transistor Sebagai Saklar" dan konfigurasi amplifier common emitor (transistor sebagai penguat).
0 Response to "Pemahaman dasar transistor saat beroperasi dalam mode aktif"
Post a Comment