Termokopel / thermocouple merupakan sensor suhu
yang paling sering atau kebanyakan
digunakan pada boiler, mesin press, oven, dan lain sebagainya. Termokopel dapat
mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas kesalahan
pengukuran kurang dari 1⁰ C. Termokopel terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor
yang digabung pada ujungnya sebagai ujung pengukuran. Konduktor ini kemudian
akan mengalami gradiasi suhu dan dari perbedaan suhu antara ujung
termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam konduktor yang terpisah akan menghasilkan tegangan
listrik. Hal ini disebut sebagai efek termo elektrik. Perbedaan ini umumnya
berkisar antara 1 hingga 70 microvolt setiap
perbedaan satu derajat celcius untuk kisaran yang dihasilkan dari kombinasi
logam modern. Jadi sangat penting untuk di ingat bahwa termokopel hanya
mengukur perbedaan temperatur diantara 2
titik, bukan temperatur absolut. Jadi temokopel tidak bisa digunakan untuk
mengukur suhu ruangan karena tidak ada perbedaan antara ujung pengukuran dengan
ujung referensi / ujung pada kedua kawat logam.
Tersedia
beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel
untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga
+1200 °C.
1. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E
memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
1. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya
terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K
Tipe J
memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
1. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si
alloy))
Stabil dan
tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran
suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C.
Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K.
Tipe N merupakan perbaikan tipe K
Termokopel
tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang
hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena
sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk
mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
1. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok
mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu
0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50 °C.
1. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok
mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
1. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok
mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena
stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh
emas (1064.43 °C).
1. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk
pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga,
dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur
alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43
µV/°C
Termokopel hanya sebuah sensor suhu jadi dalam
berbagai aplikasi seperti pada pengaturan suhu boiler, penggunaan termokopel
biasanya digabung atau dihubungkan dengan temperatur controller sebagai pembaca
dan pengatur temperatur boiler tersebut. Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur
rentangan suhu yang luas, hingga 2300°C. Sebaliknya, kurang cocok untuk
pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat
tinggi, contohnya rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C.
Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok. Semoga bermanfaat,
dan terimakasih.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Thermocouple
Makasih materinya.....
ReplyDelete